Tuesday, March 22, 2011

Internet Sehat Bagi Tuna Netra Semarang


Jakarta - Pembaca, antusiasme menguasai komputer dan internet ternyata tak hanya ditunjukkan oleh tunanetra Jabodetabek yang telah lama memanfaatkan teknologi informasi (TI) dalam kehidupan sehari-hari. Hal serupa juga terlihat saat Tim Internet Sehat, bersama-sama penulis, menyambangi komunitas Sahabat Mata di Semarang. Tak cukup hanya sekedar punya blog dan menguasai teknologi informasi, Sahabat Mata bahkan ingin menggelar lomba foto khusus tunanetra!

19 Maret 2011 boleh jadi merupakan pengalaman pertama tim Internet Sehat berbagi materi seputar internet tanpa menggunakan laptop dan slide. Bukan karena laptopnya tertinggal di kantor atau materi presentasinya lupa dibuat, namun karena peserta sharing kali ini sebagian besar adalah tunanetra. Jadi, tim Internet Sehat cukup menyampaikan materi menggunakan lisan saja. Meski tanpa tampilan visual, acara yang digelar di bilangan Bukit Semarang Baru itu tetap seru dan menarik.

Ramaditya Bicara

Dalam kesempatan itu, penulis diberi kesempatan berbagi pengalaman seputar kegiatan ber-internet yang telah penulis lakoni sejak tahun 2003. Tujuannya adalah agar semakin banyak tunanetra di Indonesia yang menggunakan internet secara optimal, sehingga informasi mengenai siapa dan bagaimana tunanetra dapat tersebar luas, yang tentu saja akan menjadi nilai tambah bagi masyarakat yang mengaksesnya.

Ada pun inti dari materi yang penulis sampaikan adalah; mulai berkarya, buat konten yang menarik, dan tentu saja menyajikan hasil akhir yang positif.

Untuk dapat mulai berbagi informasi via internet, tunanetra dapat menuangkan catatan harian yang biasanya ditulis dalam format huruf Braille atau rekaman suara yang disimpan di kaset. Informasi tersebut kemudian disalin menggunakan komputer, dan hasilnya dapat dipublikasikan lewat blog atau pun jejaring sosial.

Dengan bantuan "orang awas" (sebutan yang diberikan tunanetra pada mereka yang berpenglihatan sempurna), tunanetra pun dapat berbagi informasi seputar ketunanetraan menggunakan materi visual, misalnya foto dan video. Jadi, selain tulisan, masyarakat dapat melihat secara langsung kehidupan tunanetra lewat elemen yang lebih nyata.

Dari situs porno sampai lomba foto

Suasana sharing juga diwarnai tawa dan canda, apalagi ketika memasuki sesi tanya jawab.

Andy, salah seorang tunanetra yang saat ini mengikuti pendidikan inklusif di bangku SMA tak segan-segan bertanya pada tim Internet Sehat tentang bagaimana caranya melakukan filter terhadap situs porno.

"Yang terpenting adalah self-filtering, yaitu melakukan blokir dari diri sendiri," jelas Acep Syaripudin mewakili tim Internet Sehat.

Menurut dia, secanggih apa pun software yang digunakan untuk memblokir situs porno tak akan mempan apabila usaha tersebut tidak ditanamkan sejak dini di keluarga. Dengan kata lain, nilai-nilai religius dan kesadaran akan pentingnya memilah-milah konten di internet memegang peranan utama bila hendak ber-internet secara sehat.

"Nah, bersyukurlah kita para tunanetra, karena sudah tunanetra jadi sudah terfilter secara otomatis," kelakar penulis.

Sebelum diskusi ditutup, Pak Basuki (tunanetra) selaku ketua komunitas Sahabat Mata menyampaikan berita yang cukup mencengangkan tim Internet Sehat. "Rencananya kami akan menggelar lomba foto yang pesertanya tunanetra semua, jadi masyarakat bisa tahu kalau tunanetra pun bisa melakukan hal yang sebelumnya dianggap mustahil," jelasnya.

"Ya, tapi harap maklum kalau gambarnya kepotong atau terbalik posisinya waktu di posting di blog nanti," timpal peserta tunanetra lain sambil tertawa.

Sebagai informasi, Sahabat Mata adalah komunitas yang mewadahi tunanetra di daerah Semarang dan sekitarnya yang ingin mengenyam pendidikan dan menggeluti profesi yang dipilih.

Selain memberi DIKLAT seputar ketunanetraan, Sahabat Mata juga mengakomodasi tunanetra yang ingin belajar teknologi, salah satunya pemanfaatan komputer dalam dunia radio broadcast.

Diambil dari: detikinet.com

No comments:

Post a Comment